Taman Nasional Betung
Kerihun (TNBK), kawasan konservasi terluas di Propinsi Kalimantan Barat,
terletak di Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas total area sekitar
800.000 hektar. Topografi berbukit dan bergunung-gunung serta hamparan
ratusan sungai-sungai karakteristik yang menonjol dari TNBK selain
potensi keanekaragaman hayatinya yang luar biasa.
Karena keunikan bentang alam dan tingginya keanekaragaman hayati,
TNBK memiliki beberapa destinasi wisata yang menarik dan penuh
tantangan. Silahkan klik peta di bawah untuk memulai penjelajahan dan
petualangan Anda di TNBK. Kesempatan bagi para peneliti untuk
mengeksplorasi potensi keanekaragaman hayati atau mengkaji topik-topik
tertentu (seperti antropologi, sosiologi, dll) di TNBK atau di sekitar
kawasan juga masih terbuka lebar.
http://betungkerihun.dephut.go.id/
DAS Embaloh

Das
Embaloh merupakan kawasan paling barat dari Taman Nasional Betung
Kerihun, sangat cocok bagi anda para pemerhati tumbuhan dan satwa
endemik Kalimantan seperti Orangutan dan burung-burung enggang/rangkong
serta tanaman-tanaman obat dan hias yang beraneka ragam.
Untuk menuju kesana, Anda harus menempuh perjalanan darat selama 3
jam sebelum beristirahat di Rumah Panjang atau di dusun wisata yang
terletak dekat dengan kawasan taman nasional.
Wilayah DAS Embaloh dilengkapi dengan camping ground dan Menara
Pengamatan Satwa. Bagi anda penikmat olahraga air, body rafting,
whitewater trekking dan tubing merupakan atraksi wisata yang dapat
diperoleh disini. Ada 2 (dua) paket wisata yang dapat anda pesan di DAS
ini yaitu paket wisata pendek (3-4 hari) dan paket wisata panjang (5-6
hari).
Selain atraksi wisata alam, kearifan budaya masyarakat Dayak Iban
yang bermukim di daerah hulu merupakan salah satu atraksi wisata budaya
tersendiri.
Destinasi Wisata di DAS Embaloh
a. Pinjawan
Dusun Pinjawan merupakan pemukiman yang
dihuni oleh komunitas Dayak Tamanbaloh.Penduduk Pinjawan lebih cenderung
modern karena letaknya yang berdekatan dengan Kecamatan Benua
Martinus.Penduduk Pinjawan juga telah tinggal di rumah panjang modern,
berbahan kayu dan semen sebagaimana rumah-rumah pada umumnya.
Berbagai aktivitas living culture dari
masyarakat Tamambaloh di Pinjawan dapat dinikmati oleh wisatawan.
Masyarakat Tamambaloh memiliki bentuk perayaan adat yang masih dipegang
kuat, yakni "Pamole Beo", yang merupakan perayaan atas keberhasilan
panen.
Perayaan ini dirayakan setiap habis musim
panen pada bulan April atau Mei. Berbagai jenis kerajinan tangan siap
untuk dijadikan suvenir bagi para wisatawan. Kerajinan utama dari
masyarakat Pinjawan adalah manik-manik dan ukiran kayu.
b. Sungai Utik
Sungai Utik dihuni oleh sub etnis Dayak
"Iban ".Sungai Utik bisa dikatakan sebagai pusat peradaban dari Dayak
Iban.Di Sungai Utik terdapat satu rumah panjang tertua untuk sub etnis
Dayak Iban.Dengan umur sekitar 30 tahunan, rumah panjang di sungai utik
merupakan rumah panjang dengan desain yang sangat besar. Ada 28 pintu di
rumah panjang tersebut, dan dihuni sebanyak 33 Kepala Keluarga .Rumah
Betang Sungai Utik dibangun dengan menggunakan prinsip-prinsip yang
sejak dahulu telah dipercaya oleh Orang Iban.
Kekayaan nilai adat, budayamasyarakat Iban
masih dapat ditemui di Sungai Utik. Berbagai peninggalan nenek moyang
masih terawat dengan baik di sini. Kerajinan tradisional yang menonjol
di Sungai Utik adalah kerajinan berupa anyaman dari rotan dan bemban
serta kain tenun tradisional.
Sebagaimana masyarakat Iban, Sungai Utik
juga masih merayakan sebuah perayaan adat yang disebut dengan "Gawai"
yang selalu dilaksanakan setiap tahunnya, dan sering dirayakan bersamaan
dengan hari Paskah (Kenaikan Yesus Kristus).
c. Sungai Sedik
Dusun Sungai Sedik juga dihuni oleh sub
etnis Dayak Iban. Mereka juga menempati sebuah rumah panjang yang cukup
tua (13 tahun). Ada 30 Kepala Keluarga yang menempati Rumah Panjang
tersebut. Hampir seperti masyarakat di Sungai Utik, masyarakat di sini
juga masih memelihara adat budaya mereka dengan baik.
Hal yang menarik di Sungai Sedik adalah
bahwa di dekat Rumah Betang mereka terdapat sebuah air terjun yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi mereka.
d. Sungai Embaloh
Sungai Embaloh adalah jalur pertama bagi
wisatawan untuk menikmati atraksi lain di dalam kawasan TNBK. Namun
demikian, Sungai Embaloh sudah menyuguhkan atraksi yang menarik yang
dapat dinikmati wisatawan. Berbagai jenis anggrek, dan burung-burung,
seperti Pecuk Ular, Raja Udang dan Enggang Gading sesekali akan ditemui
dalam perjalanan menuju hulu Sungai Embaloh ini. Bila pada pagi hari,
dimungkinkan pula dapat ditemui Kelasi dan Kelampiau yang bergelantungan
di pohon-pohon pada tepi jalur Sungai Embaloh.Beberapa riam dan formasi
bebatuan yang unik merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan saat
menyusuri Sungai Embaloh dengan menggunakan longboat. Ada beberapa
lokasi yang adapt digunakan sebagai titik awal menyusuri Sungai Embaloh,
yaitu Dusun Pinjawan, Kantor Bidang Pengelolaan Wilayah I Mataso dan
Dusun Sadap yang merupakan Dusun paling hulu di Sungai Embaloh.
e. Karangan Laboh
Dijalur Sungai Embaloh, terdapat sebuah
karangan yang disekitarnya menyimpan berbagai pemandangan unik. Letaknya
yang berdekatan dengan Sungai Laboh, menjadikannya dinamakan Karangan
Laboh.
Ada dua air terjun besar yang dapat
dinikmati di Karangan Laboh, yaitu Air Terjun Laboh Besar dan Air Terjun
Laboh Kecil. Untuk menuju air terjun,anda harus melakukanjungletrekking
terlebih dahulu dan untuk meninggalkannya, aktivitas susur sungai
menjadi hal yang harus anda lakukan.
Selain itu, di Karangan Laboh juga terdapat sebuah jalur trail mendaki
bukit, dengan puncaknya adalah sebuah menara pandang. Melalui menara
tersebut anda dapat menikmati pemandangan Gunung Betung dari kejauhan.
Di sekitar gardu pandang tersebut anda akan menemukan sebuah gelanggan
asmara dari Burung ruai/Merak Kalimtan (Argusianus argus).
Berbagai aktifitas wisata dapat anda lakukan di Karangan Laboh, mulai
dari camping, jungle trekking, animal watching, fishing, canoeing hingga
body rafting dari muara Sungai Laboh hingga Karangan Laboh.
f. Camp Derian
Camp Derian dapat dicapai dengan
perjalanan menggunakan longboat menuju hulu Sungai Embaloh kemudian
berbelok menyusuri Sungai Tekelan.perjalanan ini akan lebih menantang
karena selain sungai yang dilalui lebih sernpit, beberapa riam juga
telah menghadang.
Sebelum sampai di Camp Derian ada riam
susur yang mengharuskan wisatawan menarik perahu. Memasuki Camp Derian,
wisatawan akan disambutformasi pohon Ensurai di kanan kiri sungai. Camp
ini adalah lokasi pemberhentian dimana banyak kegiatan wisata dilakukan
disini. Terdapat beberapa jalur trail yang tersedia untuk wisatawan.
Pengamatan flora fauna terutama fauna
dapat dilakukan disini. Beberapa jenis primata seperti Kelampiau
(Hylobates muellerii), Presbytis frontata, Presbytis rubicunda, Macaca
fascicularis, dan Macaca nemestrina adalah jenis-jenis yang akan ditemui
di sekitar camp dan jalur trail. Terkadang, Orangutan (Pongo pygmaeus)
menjadi bonus ekstra. Paling tidak, sarang Orangutan akan sangat sering
ditemui di trail Camp Derian.
g. Gua Pajau
Dari Camp Derian, ada sebuah jalur trail
yang menuju Gua Pajau. Gua Pajau adalah sebuah cerukan di tebing batu
dengan ketinggian kurang lebih 50 m dari tanah.Lokasi ini sebenarnya
adalah sebuah tempat berkumpulnya berbagai jenis satwa. Gua Pajau juga
merupakan habita dari Enggang Badak (Buceros rhinoceros) dimana
wisatawan akan dapat melakukan pengamatan dari jarak dekat. Selain itu
jejak beraneka satwa, rontokan bulu dan jejak peristirahatan satwa akan
sangat banyak ditemukan disini.
h. Riam Naris
Turun dari Gua Pajau, wisatawan dapat
menuju Riam Naris yang merupakan tempat terakhir dimana perjalanan
melalui Sungai Tekelan dapat dilakukan.Derasnya riam dengan bebatuan
besar, menjadikan Riam Naris sukar untuk dilalui dengan perahu. Namun
demikian, Riam Naris menyimpan keindahan tersendiri yang akan menyita
perhatian wisatawan. Riam Naris dan percabangan Sungai Pajau merupakan
habitat dari Ikan Semah (Tor spp.) dimana pada waktu musim kemarau,
dibalik kejernihan air, wisatawan dapat melihat langsung banyak Ikan
Semah di sini.
i. Gunung Betung dan Gunung Condong
Sungai Embaloh merupakam pintu utama pendakian Gunung Betung (1.150 m) dan Gunung Condong (1.240 m).
Pendakian ke puncak Gunung Betung dapat
dicapai dalam 2 (dua) hari, Dimulai dari Matasso menuju Camp Derian di
Sungai Tekelan yang memakan waktu satu hari, dilanjutkan menuju puncak
dengan waktu tempuh setengah hari.
Sementara itu, untuk menuju Gunung Condong
memerlukan waktu tempuhlebih lama, dari Camp Derian menuju puncak
Condong memerlukan waktu 3 (tiga) hari, dengan waktu 1 (satu) hari
perjalanan menuju kaki gunung di Sungai Pait, dan 2 (dua) hari untuk
menuju puncak. Sementara itu hanya dibutuhkan waktu 1 (satu) hari untuk
turun. Total waktu yang diperlukan untuk perjalanan ke Gung Condong
adalah 5 (lima) hari dengan titik awal perjalanan Dusun Sadap.
DAS Mendalam

Daerah
ini terletak di bagian tengah dari kawasan Taman Nasional Betung
Kerihun. Topografi di wilayah ini cenderung berbukit-bukit dan curam
dengan riam yang cukup berbahaya.
Bagi penyuka fotografi bentang alam, DAS Mendalam merupakan tempat
yang tepat untuk berburu foto-foto bentang alam yang unik. Penyuka
tantangan juga akan merasakan peningkatan level adrenalin sewaktu
mengarungi sungai yang penuh dengan riam/jeram yang berbahaya.
Pada musim panas/kemarau, anda dapat menyaksikan satwa berkumpul di
suatu padang luas (salt spring) untuk minum air yang berkadar garam
cukup tinggi. Di sinilah lokasi terbaik untuk mengabadikan satwa-satwa
tersebut dalam bentuk foto atau video.
Destinasi Wisata di DAS Mendalam
a. Nanga Sambus
Titik pertama yang dikunjungi di Mendalam
adalah Dusun Nanga Sambus yang merupakan kampung Melayu. Melayu
merupakan nama yang digunakan oleh masyarakat di Kapuas Hulu untuk
menamakan kelompok masyarakat yang beragama Islam. Nanga Sambus dapat
dicapai dalam waktu 15 menit dari Putussibau dengan menggunakan Longboat
bermesin 40 HP atau melalui jalan darat menggunakan jalan darat yang
memerlukan waktu kurang lebih sama. Di Nanga Sambus wisatawan dapat
menikmati kesenian Islam diantaranya Tari Jepin dan Seni Musik
Tar/Rebana.
b. Dusun Semangkok
Selama kurang lebih 20 menit perjalanan
menggunakan longboat dari Nanga Sambus, terdapat pemukiman masyarakat
DayakTaman di Dusun Semangkok. Sebagaimana masyarakat Taman lainnya,
masyarakat Taman di Semangkok juga tinggal di Rumah Betang. Terdapat 3
rumah betang di Semangkok dimana di setiap rumahnya tinggal sebanyak
12-16 keluarga.
Di Semangkok, untuk memasuki Rumah Betang, wisatawan akan disambut
dengan Upacara tradisional yang disebut dengan "Potong Umpang". Dayak
Taman Semangkok memiliki sebuah metode pengobatan tradisional yang
disebut Balian. Sebenarnya hampir setiap masyarakat Dayak memiliki
metode pengobatan berbeda. Yang berbeda dalam Balian adalah, Balian
menggunakan bebatuan untuk mengangkat penyakit dari tubuh pasien .
Masyarakat Dayak Taman di Semangkok juga memiliki pemakaman tradisional
yang disebut "Kulambu" yanq terletak di tepi Sungai Mendalam. Masyarakat
Dayak Taman tempo dulu tidak melakukan penguburan mayat namun
ditempatkan dalam sebuah peti kayu mirip rumah yang disebut Lungun.
c. Desa Tanjung Karang Padua dan Datah Dian
Desa Tanjung Karang dan Padua terletak di
pinggir Sungai Mendalam dan dihuni oleh masyarakat DayakKayan.
DesaTanjung Karang, Padua dan Datah Dian bias ditempuh dengan perahu
motor dan memerlukan waktu sekitar satu jam untuk mencapainya.Dayak
Kayan mempunyai budaya yang juga unik,berbeda dengan Dayak Iban dan
Tamambaloh. Kayan lebih mirip dengan Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.
Atraksi wisatanya adalah keunikan budaya dan upacara adat yang besar
diselenggarakan sekitar bulan April dan September saat matahari berada
di garis Khatulistiwa yang disebut Dange.
Dange merupakan perayaan masyarakat Kayaan atas panen yang melimpah.
Dange dilaksanakan di tiap dusun, dan kemudian pada puncaknya dilakukan
Dange Besar yang dirayakan bersama oleh seluruh masyarakat Kayaan. Dalam
dange ditampilkan berbagai macam seni budaya Kayaan, mulai dari
pakaian, tari, musik, nyanyian hingga makanan dan minuman tradisional.
Selain itu masyarakat Kayaan juga memiliki kesenian yang khas berupa
seni pembuatan mandau, seni ukir, hingga seni tato.
d. Dusun Nanga Hovat
Dusun Nanga Hovat merupakan pemukiman dari
Masyarakat Dayak dari sub Etnis Bukat. Tidak seperti masyarakat Dayak
lainnya, orang Bukat tidak tinggal di rumah panjang, karena tidak sesuai
dengan pola hidup mereka yang masih senang berburu dan mengumpulkan
hasil hutan non kayu. Wisatawan dapat menikmati atraksi living culture
mereka secara tradisional, diantaranya adalah Pembuatan Sagu secara
tradisional (Mahap), berburu secara tradisional (Ngasu), membuat obor,
pembuatan Tajem (Sumpit), musik tradisional dan tari-tarian.
e. Camp Mentibat
Camp Mentibat merupakan camp yang berada
dibatas wilayah TNBK, di sebelah hulu Dusun NangaHovat yang ditujukan
untuk stasiun penelitian danakomodasi bagi wisatawan. Mentibat merupakan
titik awal aktivitas observasi keanekaragaman hayati dan berbagai
kegiatan wisata di dalam kawasan TNBK. Telah terdapat jalur trail dengan
jarak kurang lebih 1km dan plot permanen yang sering digunakan untuk
pengamatan dan penelitian. Berbagai jenis tanaman yang dapat diamati di
sini diantaranya adalah Bengkirai (Shorea leavis), Meranti Merah (Shorea lamelata), Kempas (Kompassia excelsa), Kapur (Dryobalanopsaromatica), Kayu malam (Diospyros sp.), BlueLeaved Palm (Licuala borneensis), Perupuk (Pandanus sp.), dll. Untuk fauna, dapat ditemukan jenis Babi hutan (Sus barbatus), Kancil (Trangulusnapu) dan primata berupa Kelampiau (Hylobathesmuellerii)
.Di Sekitar Camp Mentibat juga terdapat banyaksepan bagi wisatawan yang
ingin melakukan pengamatan mamalia besar. Di sekitar Sungai Mentibat
dan Sungai Hovat terdapat tidak kurangdari 12 sepan yang layak untuk
dikunjungi.
f. Mendalam-Kapuas Trek
Di masa lalu, masyarakat Bukat sering
melakukan perjalanan untuk berburu dan mencari pohon sagu. Salah satu
rute yangdilalui adalah Hulu Sungai Mendalam (Nanga Hovat) Hingga Hulu
Sungai Kapuas (Dusun Matalunai) yang memiliki jarak kuranglebih sejauh
20 km. Namun karena rutenya yang melintasi bukit dan hutan belantara,
rute ini dapat ditempuh dalam waktu satu hari untuk orang Bukat yang
paling kuat. Namun untuk wisatawan, rute ini dapat ditempuh dalam waktu
tiga hari.Perjalanan ini sangat menarik, dimana wisatawan dapat
menikmati perjalanan menyusuri hutan belantara, sungai kecil, mendaki
bukit, dengan hiburan berupa pemandangan yang menarik, serta flora dan
fauna yang unik.
Wisata
Apakah anda seorang petualang?
Anda seorang ilmuwan?
Atau anda seorang pecinta flora dan fauna?
Taman Nasional Betung Kerihun jawabannya !!
Taman Nasional Betung Kerihun dengan letak di tepat di
jantung Borneo merupakan kawasan hutan hujan tropis kondisi alam yang
relatif masih alami merupakan salah satu destinasi wisata eksotis yang
masih tersembunyi dari dunia.
Wisata yang terdapat di taman ini tidak seperti taman nasional lain yang bersifat
mass-tourism tapi lebih kepada petualangan (
adventure) dan pendidikan (
education).
Kawasan taman nasional Betung Kerihun terdiri atas 4 pintu masuk
utama yang semuanya melalui sungai dengan karakteristik atraksi
wisata yang berbeda-beda untuk setiap DAS (Daerah Aliran Sungai).
Paket-paket wisata yang disediakan pun juga telah dikelompokkan menurut
karakteristik tiap-tiap pintu masuk.
DAS Sibau

Das
Sibau adalah salah satu pintu masuk terdekat menuju kawasan Taman
Nasional Betung Kerihun. Ditempuh tidak lebih dari 2 jam dari kota
Putussibau, Anda akan langsung menikmati indahnya hutan hujan tropis
Borneo.
Untuk menuju kesana anda akan menempuh perjalanan darat selama 40 menit
dan dilanjutkan dengan perjalanan air dengan waktu antara 2-4 jam
tergantung kondisi air dan cuaca.
Wisata unggulan di wilayah DAS Sibau yang akan anda peroleh adalah
menyaksikan Orangutan hidup di alam liar, serta ikut dalam survey sarang
orangutan yang sering dilakukan oleh para Pengendali Ekosistem dari
pengelola kawasan Taman Nasional Betung Kerihun.
Selain Orangutan, keindahan dan panorama alam yang berbukit-bukit dengan
berbagai pohon yang besar sangat sayang untuk dilewatkan.
Destinasi Wisata di DAS Sibau
a.Uluk Palin
Secara geografis, Dusun Uluk Palin berada
di Sungai Palin, yang merupakan dari Sub DAS Apalin. Namun demikian,
untuk memudahkan pembagian Destinasi Wisata, Dusun Uluk Palin
dikelompokkan dalam destinasi Sibau, mengingat jaraknya yang berdekatan.
Dusun Uluk Palin dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 45 menit dari
Putussibaudengan menggunakan kendaraan roda 4. Uluk Palin dihuni oleh
sub etnis "Dayak"Tamambaloh. Di dalam "kampung" Uluk palin terdapat
rumah panjang (rumah adat etnis dayak) tertua untuk keseluruhan etnis
dayak. Rumah panjang tersebut dihuni turun temurun sebanyak kurang lebih
6 generasi, dengan umur rumah sekitar 100 tahun.
Rumah Panjang ini memiliki panjang 286 meter, terdiri dari 54 pintu dan
tinggi rata-rata dari permukaan tanah sekitar 9 meter. Tiang bangunan
berasal dari jenis Kayu Belian (Eusideroxylon zwageri) beratapkan sirap
dan masih diikat dengan rotan, tidak menggunakan paku. Banyak diantara
keluarga yang tinggal dirumah ini masih memiliki artefak tua seperti
gong, nekara, dan tajau.
Masyarakat Tamambaloh di UlukPalin, relatif masih konvensional tidak
seperti masyarakat Tamambaloh di Pinjawan mereka tidak selalu merayakan
Pamole Beo tiap tahunnya.
b. Rumah Betang Bali Gundi
DayakTaman memang tidak dapat dipisahkan
dari keberadaan rumah panjang. Di Desa Sibau Hulu, terdapat satu rumah
panjang besar yang disebut Baligundi. Rumah Betang Baligundi memiliki 23
bilik dengan total panjang 150 m. Beberapa bilik di Baligundi sengaja
disediakan bagi para wisatawan yang ingin tinggal di sini. Wisatawan
dapat menyewa bilik dan mendapatkan pelayanan dari pemilik bilik
tersebut. Pelayanan yang diberikan adalah tempat tidur, makan dan minum,
makanan kecil, dan layanan transportasi untuk menikmati atraksi wisata
lainnya.
c. Dusun Nanga Potan
Dari Rumah Betang Baligundi perjalanan
wisata di Sibau dapat dilanjutkan menuju Nanga Potan. Terlebih dahulu
wisatawan harus menuju Dusun Tanjung Lasa dengan menggunakan sepeda
motor, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan sungai menggunakan
longboat menuju dusun paling hulu, yaitu Nanga Potan. Di Nanga Potan
terdapat sebuag Guest House yang disediakan untuk para wisatawan
menikmati wisata lain di Sibau, diantaranya Trail Menyakan (Orangutan
Trek) dan Bengkal Jabun.
d. Orangutan Trek
Orangutan di wilayah DAS Sibau sangat
sering melintasi tanah adat masyarakat di Nanga Potan.Saat ini telah
banyak masyarakat di Nanga Potan yang terlatih untuk dapat menemukan
Orangutan dan dapat menjadi guide bagi wisatawan untuk melakukan
observasi orangutan. Trek ini dapat ditempuh selama kurang lebih 2
hingga 3 jam, pada jalur rnendatar, dan dilanjutkan dengan mendaki Bukit
Mayas hingga sampai pada titik akhir yang berada di antara Sungai Maya
dan Sungai Potan. Di sepanjang jalur ini wisatawan akan menemukan
berbagai jenis pohon buah, bekas ladang masyarakat dan kebun karet yang
dimiliki oleh beberapa penduduk di Nanga Potan.
e. Bengkal Jabun
Bengkal Jabun adalah nama tempat bertelurnya Buaya Katak (Crocodilus sp.) dan Buaya Sumpit (Tomistoma schegelli)
yang terletak di pinggir Sungai Sibau. Tempat ini bias dijangkau dari
Putussibau sekitar 1,5 jam berperahu motor, setelah melewati Pengkaran
dan Nanga Potan. Buaya tersebut bertelur di tempat tertentu dan setiap
musim kembali ke tempat semula. Bahkan buaya ini biasajuga dilihat di
depan pos jaga TNBK di Nanga Potan.
Nanga Potan adalah pemukiman terhulu di
Sungai Sibau yang dihuni oleh kelompok etnik Bukat dan Dayak Kantu’.
Penduduknya tidak banyak namun kebun duriannya sangat melimpah.
Pengkaran adalah areal bekas kampung Kayan yang terletak di hilir Nanga
Potan. Di Pengkaran ini masih bias ditemui sisa-sisa alat batu asah,
tangga kayu, dan parit pengaman rumah orang Kayan dari serangan musuh di
zaman ngayau (berburu kepala) di masa lampau.
f. Gunung Lawit
Gunung Lawit (1.770 m) adalah gunung
tertinggi di Kalimantan Barat yang pernah didaki.Pendaki dapat
mengunjungi Post Resort Nanga Potan yang berada di Hulu Sungai Menyakan
untuk mendapatkan informasi.Untuk mencapai Puncak Lawit, pendaki harus
mendaki hingga hulu Sungai Peyang baru kemudian mendaki Gunung Lawit.
Perjalanan pendakian puncak Lawit dapat dilakukan dalam waktu normal 6
(enam) hari. Di lokasi ini, dapat ditemukan spesies endemik bernama Musa
lawitiensis yaitu spesies pisang yang hanya dapat ditemukan di bukit
ini. Cukup jarang pendaki yang telah menaklukkan ketiga puncak ini.
Kondisi alami jalur pendakian dan kondisi ekosistem di sini akan
memberikan kepuasan tersendiri bagi para pendaki yang dapat
menaklukannya.
g. Sungai Menyakan
Sungai Menyakan menawarkan pengamatan
satwa berupa mamalia besar di banyak sepan di sekitar Sungai Menyakan
dan memancing secara tradisional. Sebaran Sepan di Sibau banyak
ditemukan di sepanjang Sungai Menyakan, sebelum mencapai Sungai Menyakan
Kecil atau sekitar dua jam perjalanan menggunakan longboat dari
pertemuan Sungai Menyakan dan Sungai Payo’.
DAS Kapuas

Kapuas
sebagai sungai terpanjang di Kalimantan sudah sangat terkenal akan
keeksotisannya. Daerah ini sangat kaya dengan wisata petualangan dan
olahraga air. Dengan medan air tersulit diantara pintu masuk lainnya,
kawasan Kapuas merupakan surga bagi penggemar olahraga air yang ekstrim.
Selain arung jeram dengan grade IV-V beragam olahraga air lainnya dapat
dilakukan disini seperti waterboarding, tubing maupun body rafting dan
kayaking.
Selain olahraga air, Kapuas kaya akan perbukitan dan gua-gua kapur
sehingga menarik untuk para penyuka tantangan caving dan panjat tebing.
Ada tebing yang cukup menantang di perhuluan Kapuas baik yang sudah
pernah ditaklukkan maupun yang benar-benar masih virgin.
Bagi penyuka trekking jarak jauh, Kapuas merupakan pintu utama napak
tilas George Muller dalam ekspedisi menelusuri Kapuas – Mahakam.
Perjalanan trans Kalimantan (Kalbar – Kaltim) ini dapat ditempuh selama 7
hari dengan melintasi hulu sungai Kapuas kemudian dilanjutkan dengna
trekking melewati pegunungan Muller sebelum akhirnya bertemu dengan hulu
Sungai Mahakam di Kalimantan Timur.
Trekking ini dimulai dari Putussibau (Kapuas Hulu) menuju Nanga Bungan
dimana perjalanan menggunakan speedboat ini ditempuh dalam waktu 9-10
jam sebelum wisatawan beristirahat di resort Nanga Bungan. Apabila hari
masih siang dan cuaca juga mendukung, perjalanan dilanjutkan menuju desa
paling hulu yaitu Tanjung Lokang. Desa ini relatif cukup besar dan
ramai karena di desa ini dahulu merupakan pusat perdangangan sarang
burung walet dan emas. Dari desa ini, anda yang berjiwa petualang akan
diajak melewati lebatnya hutan di Taman Nasional Betung Kerihun dan
menyeberangi sungai serta mendaki pegunungan Muller sehingga akhirnya
sampai di hulu Sungai Mahakam sebelum turun menuju kota Samarinda
Kalimantan Timur.
Destinasi Wisata di DAS Kapuas
a. Bungan dan Tanjung Lokang
Bungan dan Tanjung Lokang merupakan
pemukiman dari Dayak Punan Hovongan. Tidak seperti dayak lainnya, mereka
tidak tinggal di rumah panjang. Namun demikian, mereka memiliki
berbagai keunikan tradisional, yang memberikan pengalaman berbeda bagi
wisatawan. Desa Bungan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 4 jamdari
Putussibau dengan menggunakan longboat bermesin 15 HP. Sementara itu
Tanjung Lokang adalah desa yang berada didalam kawasan TNBK yang dapat
ditempuh dalam waktu 3-5 jam dari Bungan. Tanjung Lokang sangat
menantang, karena memiliki banyak riam yang mengharuskan menarik perahu
untuk melewati riam tersebut.
b. Arung Sungai dan Jeram
Daerah TNBK bagian timur khususnya Sungai
Bungan dan sekitarnya memiliki banyak jeram dan arus sungai yang
menantang dengan tingkat kesulitan 3 – 5. Ada dua jalur yang dapat
digunakan,yakni jalur Riam Matahari-Bungan-Nanga Lapung dan Jalur
Tanjung Lokang-Bungan-Nanga Lapung. Jalur pertama akan melalui riam
lapan yakni riam yang bersusun hingga delapan tingkat. Untuk jalur kedua
melintasi tiga jeram (Bakang,Homatop, dan Hororoy). Panjang jalur
masing masing kurang lebih 7 km. Kelas riam di dua jalur ini berkisar
antara 3-5.
c. Ekspedisi Kapuas-Mahakam (Cross Borneo from West to East)
Salah satu rute petualangan ekstrim di
Kapuas adalah perjalanan Kapuas-Mahakam. Rute ini adalah rute bersejarah
dari Dr. Neuwenhuis pada tahun 1894 dimulai dari Sungai Kapuas di
KalimantanB arat menuju Sungai Mahakam di Kalimantan Timur. Perjalanan
yang memakan waktu kurang lebih 7 (tujuh) hari ini melintasi Pegunungan
Muller yang merupakan kawasan TNBK lalu turun di Atekop di hulu Sungai
Mahakam.
d. Keriau
Keriau adalah anak Sungai Kapuas yang
cukup panjang dan hulunya berada di dekat Gunung Kerihun. Seperti halnya
daerah Tanjung Lokang, daerah Keriau banyak mempunyai gunung-gunung
kapur yang antik dan gua sarang burung walet di dalamnya. Bentukan
gunung kapur di wilayah ini memberikan pemandangan yang sangat indah dan
atraksi wisatanya adalah panjat tebing dan speleologi. Sedangkan Sungai
Keriaunya berwarna agak kemerahan karena pengaruh hutan gambut dan
rawa-rawa .
Tidak kurang dari 55 gua besar dan kecil, dangkal atau dalam, maupun
yang hanya berlubang/pintu satu atau lebih. Sebagian dari gua dihuni
oleh Burung Walet dan sarangnya dimanfaatkan oleh penduduk. Oleh Orang
Punan Hovongan yang bermukim di Tanjung Lokang, gua yang disebut “diang”
yang atinya “lubang gua”.
Beberapa Gua di TNBKyang layak menjadi tujuanEkspedisi Gua antara
lain:Gua Kaung I, Gua Kaung II Gua Arong, Gua Pakau, Gua Puun Lunuk, Gua
Doro, Gua Puun Peang,Gua Tolo, Gua Tolo Cutang, Gua Utok Umo, Gua Boro
Osong, GuaKemurun I,Gua KemurunII, Gua Tahapun Cutang, Gua Sungai
Singom, GuaSio dan Gua Diang Baka.